Selamat Datang

Selamatkan Remaja dari pergaulan yang semakin bebas

Kamis, 28 April 2011

kebenaran yang tax terlihat...

Pada umumnya manusia suka utk dipuji, diberi sambutan tepuk tangan, tepukan dipundak dan sejenisnya…. Hal tersebut didapatkannya karena yang bersangkutan mgk melakukan hal yg benar dan dilihat oleh banyak orang… (beberapa diantaranya mmg ada yg sengaja melakukan kebenaran atau kebaikan utk dilihat orang – pamer)

Namun ada jenis kebenaran lain yg mungkin jarang atau gk banyak orang yg melakukan hal ini, yaitu KEBENARAN YG TAK TERLIHAT.

Resikonya kebenaran jenis ini hampir bisa dipastikan tidak dilihat orang, tdk akan ada riuhnya tepuk tangan buat anda, tidak ada tepukan dipundak anda sambil berkata kamu hebat atau good job..!!

Karena kebenaran yg anda sedang lakukan adalah jenis KEBENARAN YG TIDAK TERLIHAT….

Contoh:
Ketika anda mendapatkan kesempatan utk selingkuh dan sungguh2 diarea tersebut anda mendapat lampu hijau utk mlkknnya. Namun kemudian anda teringat akan istri anda yg mungkin berpenampilan sederhana dibandingkan si nona X, dan kemudian anda berkata dlm hati: No, saya tidak akan selingkuh!! ini keliru!! saya akan mengasihi istri dan anak2 saya dengan segenap hati dan dengan kesungguhan sekalipun mereka tampak biasa dan sederhana namun mereka adlh orang2 luar biasa yg TUHAN percayakan kepada saya!!

Ketika anda lakukan dan ambil keputusan seperti itu dlm hatimu, itu yg saya sebut KEBENARAN YG TAK TERLIHAT. Mungkin istrimu tidak mengetahui hal tersebut… tidak ada tepukan dipundak untuk anda, tdk ada riuhnya tepuk tangan utk apa yg anda lakukan, namun percayalah anda sedang membuat PENCIPTA anda tersenyum dan bangga atas apa yg anda lakukan.

Dan ketika YANG MAHA KUASA itu berkenan kepada anda maka jalan hidup andapun akan dibuatNYA indah.

Mari berjuang untuk hidup dalam kebenaran…
Memang tidak mudah namun upahnya sepadan jika kita mau melakukannya.

Dan 1hal yg penting:
Kenikmatan yg TUHAN beri buat hidup kita dan keluarga, tidak akan pernah mampu dilakukan oleh dunia ini. Pemberian TUHAN selalu yg terbaik.

Mohon maaf untuk para pembaca, karena tulisan ini bukan lah tulisan saya dikarenakan kurangnya waktu luang saya......

Selasa, 13 Juli 2010

HIV dan AIDS

Secara kumulatif jumlah kasus AIDS sampai dengan September 2009 sebesar 18.442 kasus. Berdasarkan cara penularannya secara kumulatifantara lainmelalui heteroseksual 49,7%, IDU 40,7%, homoseksual 3,4%, perinatal  2,5%, transfusi darah 0,1%, dan tidak di ketahui 3,7%. Menurut 4 golongan usia tertinggi adalah usia 20-29 tahun sebanyak 49,6%, usia 30-39 tahun 29,8%, usia 40-49 tahun 8,7%, usia 15-19 tahun 3,0%. Perbandingan persentase kasus AIDS antara laki-laki dan perempuan adalah 74,5% : 25,5% atau 3 : 1.

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa masalah remaja Indonesia adalah: 1 ). 60% remaja mengaku telah mempraktekkan seks pranikah; 2). Sekitar 70% dari pengguna Narkoba adalah remaja; 3). sekitar 50% dari pengidap AIDS adalah kelompok umur remaja. Jadi sejumlah itulah remaaja Indonesia yang terganggu kesempatannya untuk melanjutkan sekolah, memasuki dunia kerja, memulai keluarga dan menjadi anggota masyarakat secara baik.

Sabtu, 12 Juni 2010

Hardiknas, menunggu pendidikan karakter

Tanggal 2 Mei ini, seluruh rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke kembali memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Sakralitas ini selalu diperingati dengan gegap gempita baik dengan upacara bendera ataupun demonstrasi mahasiswa. Tapi celakanya, tiap kali Hardiknas, keadaan pendidikan bangsa ini tidak beranjak lebih baik, tetap tidak menyelesaikan permasalahan bahkan semakin tahun pendidikan semakin memburuk. Seharusnya Hardiknas kali ini menjadi kilas balik dan pelecut agar pendidikan menjadi lebih terarah dan jelas. Disamping itu, ketidakmampuan pemerintah meletakkan pendidikan sebagai pembangun karakter, membuat orientasi pendidikan semakin buram sehingga praktik menyimpang seperti korupsi, melawan hukun dan lain-lain semakin marak.

Pembatalan Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan (BHP) yang dilakukan Mahkamah Konstitusi (MK) belum lama ini memang layak di apresiasi. Tapi bukan berarti ini sebuah prestasi, mengingat sebelumnya Ujian Nasional (UN) pun sudah di cabut tetapi tetap saja berlangsung sampai hari ini. Bahkan menyisahkan kado pahit bagi bangsa Indonesia dengan menurunkan angka kelulusan 89,88 % dari 93,74 % di tahun sebelumnya (TempoInteraktif.com, Rabu 28 April). Ini seharusnya menjadi pertanyaan bersama ‘ada apa dengan pendidikan di Indonesia’ ?

Kekacauan dunia pendidikan di Indonesia disebabkan oleh dua hal mendasar. Pertama, sistem yang tidak jelas sehingga kebijakan pendidikan bukannya mencerdaskan generasi bangsa, malah menjadi ajang ujicoba konsep yang bertentangan dengan amanah konstitusi. Seperti UU BHP, BHMN, Internasionalisasi dan lain-lain. Padahal saat ini yang di butuhkan masyarakat adalah pendidikan yang merata. Kualitas boleh saja di turunkan asalkan kesempatan untuk mengenyam pendidikan terpenuhi. Kedua, belum adanya kesadaran dari para pendidik bahwa pentingnya pendidikan sebagai proses kemerdekaan sang anak didik, menjadikan pendidikan hanya sebatas formalitas pengajaran biasa tanpa menerapkan nilai-nilai yang harus di konsumsi oleh peserta didik. Misalnya pada pembejaran Pancasila, peserta didik hanya mampu sebatas menyebutkan ke lima sila saja tanpa mengerti esensi maupun aplikasinya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain ada juga kekurangan-kekurangan seperti infrastuktur, kesadaran dan sarana prasarana dalam menunjang proses tersebut.

Rencana pemerintah meluncurkan program Pendidikan Karakter tepat di momentum peringatan Hardiknas nanti, seharusnya benar-benar bisa menjadi semangat baru dan era baru pendidikan Indonesia yang lebih berarti dan bermoral. Mengingat banyaknya praktik melawan Undang-Undang adalah problem mendasar manusia secara moral dan mentalitas yang terkait dengan watak dan kepribadian. Dan dalam pendidikan karakter ini nantinya, sudah seharusnya pendidik terlebih dahulu memenuhi syarat komitmen, integritas dan kapabilitas atau kemampuan/ketrampilan. Ini supaya pendidikan tidak hanya menjadi sekadar pelajaran biasa yang lebih menekankan pada aspek kognitif saja (KR, Senin 26 April).

Dan pada akhirnya, dengan momentum Hardiknas kali ini agar bisa dijadikan bahan evaluasi terhadap kebijakan pendidikan yang masih jauh dari harapan masyarakat. Sudah seharusnya pemerintah lewat Kemetrian Pendidikan (Kemendiknas) menyiapkan pola-pola ataupun strategi yang lebih baik untuk pendidikan di tanah air ini. Karena untuk menyiapkan bangsa yang besar, terlebih dahulu yang harus di cerdaskan adalah masyarakatnya. Dengan metode pendidikan yang jelas dan terarah, masyarakat menjadi cerdas dan bangsa pun bisa maju. Titik.


penulis: YASEMA CENTRE

Senin, 07 Juni 2010

REMAJA DAN SEKS SAAT INI...

Apakah Anda pernah membaca tentang hasil penelitian Komnas Anak tahun 2008? 62,7% remaja SMP sudah tidak perawan lagi. Terus akhir-akhir ini juga dibeberapa majalah dimuat mengenai tulisan tentang fenomena seks di usia remaja. Yang paling mengerikan adalah fakta bahwa ada remaja SMP yang mengaku melakukan hubungan seks di rumahnya sendiri di ruang televisi. Belum lagi, membaca artikel di majalah lain mengenai prostitusi di kalangan siswi remaja, ternyata hal itu dibuktikan benar pula dari penelitian yang dilakukan majalah tersebut.

Entah karena kurang perhatian orang tua, sekolah yang kurang dapat mengontrol hal ini atau memang karena tuntutan kemajuan jaman yang memaksa remaja melakukan hal ini? Entahlah. Remaja memang merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Tugas utamanya adalah pembentukan identitas atau konsep diri, dan membentuknya dengan baik memang tidak mudah. Masalah-masalah remaja seperti ini, sering timbul karena konsep diri remaja juga yang bermasalah. Mengijinkan dirinya melakukan hal ini, merusak diri sendiri karena ia menilai dirinya secara kurang tepat.

Saat ini, sulit menemukan figur yang tepat untuk dijadikan model alias contoh bagi remaja untuk bertindak sebaiknya ia seperti apa. Hal ini, tampaknya dapat membuat remaja buntu mau harus bergerak di mana. Apalagi, informasi remaja juga sangat terbatas atas masalah ini. Dan sedihnya lagi, batasan yang kaku tanpa memberikan penjelasan, membuat remaja yang RASA INGIN TAHUNYA BESAR, malah ingin coba-coba, jadinya SALAH JUGA!

Beberapa kondisi remaja yang pernah penulis lihat, mungkin pula dapat memberikan gambaran remaja kita, ada yang menyedihkan ada dan ada pula yang mengharukan. Di pinggiran Jakarta Barat, Dumpit, masalah seks dengan melegalkannya menjadi pernikahan dini atas dasar masalah ekonomi yang mendesak, tampaknya sudah biasa. Orang tua di sini malah yang membiarkan anaknya menikah dini agar perekonomian orang tua membaik. Apa remaja ada pilihan?

Di sisi yang lain, di bagian Jakarta Barat yang lain, di daerah elitnya, remaja-remaja berkumpul untuk membahas bahwa pacaran sebaiknya tidak dilakukan dahulu, terkait dengan nilai-nilai budaya dan agama. Guru-guru yang memfasilitasi untuk pembahasan ini. Jangankan bicara mengenai seks secara vulgar, pacaran saja tidak boleh. Baik yah guru-gurunya, tapi apa itu cukup?

Ada pula, remaja yang khusus dibawa orang tuanya dari luar negeri untuk dikonsultasikan ke profesional, orang tua mulai prihatin karena anaknya pernah pulang hingga larut malam dengan ‘cipok’ sana-sini di lehernya. Usut punya usut, orang tua memang tidak pernah punya waktu dengan anaknya. Jadinya kaget deh, bingung.

Meski dianggap penting, pendidikan seks bagi remaja belum terlalu banyak dilakukan ternyata. Jarang ada guru yang kreatif yang bisa memfasilitasi hal ini, tapi ada koq seperti di atas, meski masih perlu dibenahi. Nah, mengharapkan dari guru saja, sebagai orang tua juga tampaknya tidak tepat. Sumber utama remaja bisa mendapatkan pemahaman yang tepat mengenai seks (hal-hal yang berhubungan dengan jenis kelamin sampai dengan hubungan seksual) hanyalah bisa didapat secara tepat dari orang tua atau keluarga. Akan tetapi, biasanya orang tua atau keluarga sendiri yang risih membahasnya. Untungnya banyak buku-buku yang jadi pedoman untuk membahas masalah ini. Jadi bukan alasan untuk sulit melakukannya. Mungkin masalahnya, ada waktu tidak ya untuk membahasnya?

Akan tetapi yang paling penting sebagai remaja, tampaknya perlu untuk lebih MAU MENGAMBIL SIKAP DAN MENJADI ASERTIF (berani berkata ‘tidak'), bekal yang tampaknya akan dapat menjawab tantangan apapun agar tidak tergerus oleh jaman. PUNYA KONSEP DIRI YANG BAIK ITU MEMANG TIDAK MUDAH. AKAN TETAPI, SETIDAKNYA REMAJA TIDAK PERLU MERUSAK DIRI SENDIRI. BUKTIKAN MENJADI YANG TERBAIK DENGAN PRESTASI, MASA DEPAN TETAP DITANGAN PARA REMAJA, HARAPAN BANGSA KITA… Sebagai orang yang sudah lebih tua sedikit, mendukung remaja untuk maju. Kalau remaja ingin konsul sewaktu-waktu, silakan saja :)

Jumat, 04 Juni 2010

Latar Belakang terbentuknya PIK REMAJA di INDONESIA

Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, suatu tahap perkembangan yang sudah dimulai namun yang pasti setiap laki-laki maupun perempuan akan mengalami suatu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri remaja adalah munculnya dorongan-dorongan seks, perasaan yang terjadi pada remaja menimbulkan berbagai bentuk ekspresi hubungan seks (Pangkahila, 1998). Sudut pandang kesehatan masalah yang sangat mengkhawatirkan pada masa kelompok usia remaja adalah masalah yang berkaitan dengan seks bebas (unprotected sexuality), penyebaran Penyakit Menular Seksual (PMS), kehamilan diluar nikah atau kehamilan yang tidak diinginan dari kalangan remaja (adolocent unwanted Pregnancey) dan aborsi yang tidak aman (Laksmiwati, 1999).

Dikalangan remaja telah terjadi revolusi dalam hubungan seksual menuju kearah liberalisasi tanpa batas. Kebanggaan terhadap kemampuan untuk mempertahankan kegadisan sampai pada pelaminan telah sirna, oleh karena kedua belah pihak saling menerima kedudukan baru dalam seni pergaulan hidupnya. Informasi yang cepat dalam berbagai bentuk telah menyebabkan dunia semakin menjadi milik remaja. Informasi tentang kebudayaan hubungan seksual telah mempengaruhi kaum remaja Indonesia, sehingga telah tejradi suatu revolusi yang menjurus makin bebasnya hubungan seksual pranikah (Manuaba, 1998).

Data demografi menunjukkan bahwa remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia menurut Worl Health Organization (WHO) pada tahun 1995 sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berumur 10-19 tahun. Sektiar 900 juta berada dinegara sedang berkembang. Data demografi di Amerika Serikat (1990) menunjukkan jumlah remaja berumur 10-19 tahun sekitar 15% populasi. Jumlah penduduk di Asia Pasifik merupakan 60% dari penduduk dunia, seperlimanya adalah remaja umur 10-19 tahun. Menurut Biro Pusat Statistik (1999) di Indonesia kelompok umur 10-19 tahun adalah sekitar 22%, yang terdiri dari 50,9% remaja laki-laki dan 49,1% remaja perempuan (Seotjiiningsih, 2004).

Praktik seks bebas (free sex) yang menjalar dikalangan remaja zaman sekarang telah menjadi problem serius. Berubahnya orientasi seks dari sesuatu yang sangat pribadi dan tertutup lalu kini dibuka lebar-lebar, seolah menjadi fenomena umum remaja modern. Mereka menjadi begitu permisif untuk saling menyentuh, bergandengan, berpelukan, Petting (bercumbu tanpa melakukan coitus) dan bahkan bersenggama dengan lawan jenis. Memang tidak semua remaja melakukan hal itu (www.pikiran-rakyat.com)

Kasus Infeksi Menular Seksual (IMS) di Amerika Serikat yang dilaporkan setahunnya terjadi 20 juta kasus IMS, 30% adalah remaja, dan lebih dari 50% merupakan kelompok remaja dan dewasa muda yaitu umur dibawah 25 tahun. Hampir diseluruh Inggris terjadi peningkatan insidensi IMS dan terjadi terutama pada kelompok remaja. Pada tahun 2000, dari seluruh infeksi klamidia tercatat 34% dan 40% dari Ghonorhoe pada perempuan dewasa, terdapat pada remaja perempuan. Berbagai laporan di Indonesia menunjukkan bahwa kelompok umur paling banyak menderita IMS adalah kelompok umur muda. Selama 2 tahun (1993-1994) di Rumah Sakit Pringadi Medan untuk penyakit kondiloma akuminata tercatat 35,4% adalah penderita kelompok umur 20-24 tahun, 33,3% dari kelompok umur 25-29 tahun. Selama 4 tahun (1990-1994) di Rumah Sakit Dr.Kariadi Semarang tercatat 3803 kasus IMS pada unit rawat jalan,1325 kasus(38,8%) adalah penderita umur 15-24 tahun,dan tercatat 1768 orang (46,5%) adalah umur 25-34 tahun. Demikian juga halnya di Rumah Sakit Umum Pemerintah Sanglah Denpasar, tercatat 59,1% dari penderita IMS yang tercatat antara tahun 1995-1997 adalah kelompok remaja. (Soetjiningsih, 2004)

Berdasarkan penelitian di berbagai kota besar di Indonesia, sekitar 20%-30% remaja mengaku pernah melakukan hubungan seks. Ancaman pola hidup seks bebas remaja secara umum baik dipondokan atau kos-kosan tampaknya berkembang semakin serius. Pakar seks di Jakarta mengungkapkan, dari tahun ke tahun data remaja yang melakukan hubungan seks bebas semakin meningkat. Dari sekitar 5% pada tahun 1980-an, menjadi 20% pada tahun 2000. Kisaran angka tersebut, menurut Dr.Boyke, dikumpulkan dari berbagai penelitian dibeberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Palu, dan Banjarmasin. Bahkan di Pulau Palu, Sulawesi Tenggara, pada tahun 2000 lalu tercatat remaja yang pernah melakukan hubungan seks pra nikah mencapai 29,9%. (Majalah Gemari, 2001)

Dilihat dari sisi kesehatan, bahaya perilaku seks bebas bisa menimbulkan berbagai gangguan. Diantaranya, terjadi kehamilan yang tidak diinginkan. Selain tentunya kecenderungan untuk aborsi, juga menjadi salah satu penyebab munculnya anak-anak yang tidak diinginkan. Seks bebas juga bisa meningkatkan resiko kanker mulut rahim. Jika hubungan seks tersebut dilakukan sebelum usia 17 tahun, resiko terkena penyakit tersebut bisa mencapai empat hingga lima kali lipat. Selain itu, bahaya seks bebas akan meningkatkan kasus penyakit menular seksual, seperti sipilis, Ghonorhoe (GO), hingga Humman Immunodeficiency Virus (HIV) atau Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS). (Majalah Gemari, 2001).

Hasil survey yang dilakukan peneliti pada tanggal 13 April di SMA Teladan menunjukkan bahwa pengetahuan siswa tentang bahaya seks bebas dalam kategori cukup atau 57 %.